Di penghujung bulan Agustus, Kamis, 31 Agustus 2022, pukul 18.00, para Pastor muda yang tergabung dalam kelompok BATUTA (Bawah Tujuh Tahun) mengikuti webinar dengan antusias. Inilah pertemuan yang digelar sebagai pengolahan rohani bagi para Pastor Montfortan muda di Indonesia untuk kali pertama. Memang, pertemuan semacam ini sudah lama menjadi mimpi dan harapan pimpinan kongregasi agar para Pastor Montfortan muda memiliki semangat berkobar layaknya Santo Montfort. Ada sekitar 5 orang yang mengikuti kegiatan ini: Pastor Roin SMM, Pastor Niko SMM, Pastor Arif, SMM, Pastor Hedi, SMM dan Pastor Martin, SMM. Karena sekian lama tidak ada pertemuan secara berkelanjutan, beberapa Pastor tidak dapat hadir karena pelayanan di parokinya.
Pastor yang diundang sebagai pemateri adalah Pastor Wim Peeters, SMM. Tema sharing yang dibawakan adalah pengalaman strategi yang cocok sebagai Pastor Rekan dan Pastor Rumah Misi. Pastor Wim memulai dengan kisahnya menjadi diakon dan pastor muda di luar negeri, Portugal, Belanda dan Jerman. Ia menekankan bahwa sebagai Pastor, ada dua hal yang sangat didambakan oleh umat yakni, pribadi yang mendengarkan dan hadir dalam kunjungan yang hangat. Umat sangat merindukan agar mereka sungguh didengarkan dan dihargai. Mereka juga ingin agar Pastor sungguh menyatu dengan umatnya.
Sebagai Pastor rekan di Bika Nazaret dan menjadi sahabat bagi Pastor Hub Reijners, SMM, Pastor Wim menemukan kehadiran seorang ayah yang baik. Pastor Hub adalah pribadi yang ramah, meski usianya sama dengan ayah dari Pastor Wim. Di Paroki inilah, Pastor Hub dan Pastor Wim bekerja bersama untuk mengunjungi umat yang tinggal di kampung-kampung. Karena ketiadaan jalan darat, perjalanan hanya dapat ditempuh melalui sungai-sungai. Tetapi justru di sanalah, hubungan yang akrab dengan umat dan bahkan dengan orang-orang Melayu dapat terjalin.
Pindah ke Paroki Putussibau, Pastor Wim menjadi Pastor Rekan dengan pelbagai pelayanan: memberikan pelayanan sakramental, mengajar, menjadi bapak pengakuan, pembimbing rohani, pemberi rekoleksi-retret dan lain sebagainya. Namun kesibukan ini tidak menghambatnya untuk tetap hidup dalam doa dan kebersamaan. Kuncinya: memelihara hidup doa, memiliki pembimbing rohani serta bertanggung jawab dalam tugas pelayanan.
Ketika ada seorang penduduk lokal bernama Djamal ingin melamar diri menjadi Montfortan, Pastor Wim dengan sukarela harus mempersiapkan segala sesuatunya. Buku-buku rohani dalam bahasa Belanda segera diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Usaha untuk menyediakan rumah pembinaan para novis juga harus cepat dilaksanakan. Pendampingan yang efektif perlu dilakukan agar para calon dapat mengolah kehidupan rohaninya dengan baik. Inilah perutusan yang dilaksanakan Pastor Wim sebagai Montfortan Muda kala itu.
Dalam kesempatan tanya jawab, beberapa peserta webinar mengajukan pertanyaan. Dalam tanggapannya, Pastor Wim menegaskan tentang harapan dan mimpinya bagi Montfortan muda agar tetap setia memelihara hidup doa, mencintai tugas dan pelayanan, serta memiliki pembimbing rohani. Dengan demikian, kehidupan sebagai Montfortan muda yang penuh sukacita dalam pelayanan, baik sebagai Pastor di Paroki maupun di Rumah Misi dapat terwujud. Demikianlah sekelumit perjumpaan para Montfortan muda dengan Pastor Wim Peeters.
P. Albertus Arif, SMM