Aspiran SMM

Sejarah Singkat Munculnya Aspiran SMM Indonesia

I MENELUSURI JEJAK AWALNYA

Gaung tentang pendirian Rumah Formasi baru, yakni Aspiran SMM Indonesia -kalau mau ditelusuri ke belakang- sesungguhnya sudah muncul beberapa tahun sebelumnya. Hanya saja kapan persisnya ide ini muncul, dan bagaimana format pendampingan para calon yang pas atau tepat sesungguhnya belum begitu jelas. Demikian juga Rumah Formasi yang disediakan secara khusus untuk itu pun belum ada. Yang dilakukan ialah SMM Indonesia mencoba memulainya dengan mengatur, mendampingi dan menyelenggarakannya melalui komunitas-komunitas yang sudah dipercayakan, seperti Komunitas Biara Deo Soli, Putussibau (Kalbar)dan Biara Menyurai (Sintang). Selanjutnya, pendampingan dan pembinaan para calon Aspiran di kedua komunitas tersebut. 
Ide pendirian rumah formasi Aspiran SMM Indonesia semakin berhembus kuat, ketika SMM Indonesia melalui para Dewannya membicarakan dan memutuskannya untuk segera memulai hal itu dan Komunitas Novisiat SMM, Ruteng diberi ruang yang cukup luas untuk memikirkan, mendiskusikan dan mulai menyusun draft program pembinaan para calon Aspiran. Selain itu, mereka juga diberi kepercayaan untuk mulai mencari rumah kontrakan yang kelak dijadikan sebagai Rumah Formasi Aspiran SMM Indonesia yang pertama. Pater Stef, Pater Anton, Pater Marsel, Pater Fidel, Pater Borgias mulai berpikir keras untuk mewujudkan hal ini. Setelah memertimbangkan berbagai aspek soal pemilihan rumah dan lokasinya, Pater Marsel, selaku Ekonom Komunitas Novisiat, dibantu oleh Pater Fidel (pendamping postulant) bersama-sama mencari dan melegorumah yang akan dikontrakkan. Ada beberapa rumah yang diincar, dan akhirnya hanya satu yang didapat dan hal itu cukup memenuhi keinginan, aspirasi dan atau harapan para formator novisiat. Setelah rumah kontrakan itu disepakati untuk dijadikan sebagai Rumah Aspiran (Rumah Bapak Valentinus Gara), para formator novisiat mulai duduk bersama lagi untuk membuat draft program pembinaan Aspiran SMM. Hal yang dikerjakan di sini ialah mereka bersama-sama menggodok visi-misi komunitas Aspiran dan beberapa aturan hidup harian di dalamnya.
Setelah visi-misi dan draft pembinaan Aspiran dirumuskan, Pater Fidel yang dipercayakan sebagai animator panggilan Regio Flores perlahan-lahan mulai menjaring para calon Aspiran angkatan pertama. Usaha dan kerja kerasnya ternyata tidak sia-sia, dari duapuluhan calon yang mendaftar ada 13 calon yang secara definitif diputuskan diterima ke dalam Komunitas Aspiran. Ketigabelas pemuda tersebut datang dari beberapa wilayah atau daerah dengan latar-belakang budayanya yang berbeda-beda. Mereka kemudian diterima secara resmi pada tanggal 6 Juli 2014 oleh Pater Fidel,SMM yang telah dipercayakan oleh Pater Provinsial sebagai Pimpinan Komunitas (Rektor Domus).

II INSPIRASI DASAR
Yesus adalah Allah bagi semua umat Kristiani. Dia juga sekaligus menjadi manusia yang menjelma, hadir dan tinggal bersama umat-Nya. Sebagai manusia, Dia tampil menjadi Pribadi yang selalu dekat dengan siapa saja. Dalam diri-Nya yang ilahi dan insani menjadi satu, menjadi Allah, Tuhan dan Manusia bagi umat-Nya. Dialah Allah yang Transenden sekaligus Imanen, jauh tapi dekat bagi manusia. Semasa hidup-Nya, Dia telah memilih sekumpulan orang-orang untuk menjadi murid-murid-Nya. Ia telah mengajarkan banyak hal yang kemudian menjadi warisan indah bagi kemuridan kristiani dewasa ini. Petrus, Paulus, Yohanes, dll., adalah pribadi-pribadi yang ditarik secara langsung oleh-Nya untuk menemani, mewartakan dan melanjutkan perutusan Allah di dunia, demi membangun Kerajaan Allah di tengah-tengah umat-Nya.
Warisan indah itu, kemudian diteruskan oleh Gereja sampai saat ini dalam wujud panggilan hidup yang khas, yakni menjadi imam, biarawan dan biarawati. St. Montfort adalah salah satu dari sekian ribu mentor yang juga ikut ditarik oleh-Nya untuk mewujudkan Kerajaan itu di tengah-tengah dunia ini. Dan hal itu telah tampak dari cara hidup, pewartaan (evangelisasi) yang ia jalankan. Cara hidup Montfort rupanya secara telak telah menganimasi ribuan kaum muda-mudi untuk membaktikan diri mereka kepada Yesus Kristus dalam semangat dan kharisma yang ia ajarkan. Kini semangat dan kharisma itu sudah dan tengah ditaburi di berbagai tanah (media) di belahan bumi ini. Salah satunya ialah tanah panggilan hidup membiara (Montfortan) di bumi Indonesia. Panggilan menjadi Montfortan telah tumbuh dan berkembang di mana-mana.
Sejak masuknya para Misionaris Montfortan di bumi Borneo 1939 (Kalimantan), panggilan tersebut terus bertumbuh dan berbuah. Tahun ini SMM Indonesia merayakan kehadirannya yang ke-75 sebuah kurun waktu yang tidak lagi dibilang singkat. Rasa syukur ini tentu diungkapkan, dirayakan dengan penuh antusiasme oleh para Montfortan Indonesia. Kehadirannya ini pun kemudian secara luar biasa ditandai pula dengan dimulainya program formasi bagi para calon jebolan SMU non seminari, atau yang dikenal dengan nama Aspiran SMM. Puji syukur, di jejak awalnya ini, SMM Indonesia boleh menerima kedatangan dua belas belasan pemuda yang mau menjadi Aspiran SMM. Mereka datang dari berbagai macam latar-belakang suku, budaya, adat-istiadat, dan bahasa yang berbeda. Kini mereka disatukan oleh satu semangat dan spiritualitas baru yakni, Spiritualitas Montfortan. Mereka adalah pribadi-pribadi yang secara tidak langsung telah digerakkan oleh Montfort untuk menjadi ‘laskar’ Kristus, menjadi sebuah kawanan kecil, yang dipanggil secara khusus untuk menjadi Biarawan Montfortan, sebagaimana yang ia cita-citakan. Kami mencoba meletakkan antusiasme mereka ini ke dalam apa yang dikatakan Yesus dalam Kisah Panggilan para murid yang mengikuti-Nya: Apakah yang kamu cari? (Yoh 1:38).
Para Aspiran dipanggil untuk menjawab kata-kata Yesus, Guru dan Pembimbing Rohani mereka. Tentu dengan hati bebas, mereka akan memberi jawaban itu dalam jejak langkah yang tengah mereka tapaki dalam panggilan hidup mereka di Rumah Formasi, Aspiran Serikat Maria Montfortan, Labe-Ruteng. Tentu sebelum menjejakkan kaki mereka di Rumah Formasi Aspiran ini, mereka yang merasa ada benih panggilan dalam dirinya bertanya demikian: “Guru, di manakah Engkau tinggal?” (Yoh 1:38) dan kemudian dijawab oleh Yesus “Marilah dan kamu akan melihatnya” (Yoh 1:39). Sekarang mereka telah datang dan melihatnya bahkan mulai mengalami hidup bersama dengan-Nya (dalam formasi ini). Dari sebab itu, sebagai konsekuensinya, mereka diajak untuk bisa memenuhi tuntutan hidup-Nya, berani melepaskan parameter pribadi, angan-angan, kehendak, harapan pribadi dan kemudian meletakkan semuanya itu ke dalam angan-angan dan cita-cita Sang Mentor, St. Montfort.
Mereka yang dipanggil menjadi Aspiran ini, diharapkan mampu melepaskan kelekatan diri (sekalipun di tahap awal ini upaya pelepasan ini sama sekali tidak mudah), mampu mengarahkan hati kepada Allah yang memanggil mereka secara pribadi. Kemampuan untuk melakukan apa yang disebut dengan ‘pelepasan’ diri dari aneka bentuk kelekatan dan cinta diri di masa lalu, lalu mulai mengenakan antusiasme dan Cinta Kristus dalam semangat St. Montfort adalah mimpi yang harus mereka wujudkan hiec at nunc, kini dan di sini, dalam formasi awal ini. Jikalau itu berhasil dilakukan, maka mereka sendiri akan mengalami sebuah kelimpahan hidup, mengalami kekayaan hidup yang tak terkirakan, sekalipun masih dalam tahap awali.