MENGENAL “MARIOLOGI” LOUIS MARIE DE MONTFORT

Siapakah St. Montfort?

Mungkin banyak orang (umat Kristiani) di Indonesia belum begitu familiar dengan nama orang kudus asal Prancis ini: Louis-Marie Grignion de Montfort atau sering disebut Santo Montfort (selanjutnya disebut Montfort). Dalam sejarah teologi, harus diakui bahwa dari sekian banyak orang kudus dan para mistik dalam Gereja Katolik, reputasi Montfort mungkin bisa dikatakan belum begitu terkenal jika dibandingkan dengan para kudus lain seperti St. Ignatius dari Loyola († 1556), Sta. Teresa dari Avila († 1582) atau St. Yohanes dari Salib († 1591). Sekalipun demikian, setelah dikanonisasi oleh Paus Pius XII pada 20 Juli 1947, nama Montfort mulai disebut dan diperhitungkan di dalam Gereja Katolik secara khusus sumbangan pemikirannya di bidang “Mariologi” (Teologi Marial). Paus Yohanes Paulus II (1978-2005) secara eksplisit menyebut nama Montfort dalam Ensikliknya Redemptoris Mater [RM] no. 48 sebagai “Saksi dan Guru Spiritualitas Marial”. Hal ini mau menunjukkan betapa kehadiran orang kudus Prancis plus “Misionaris Apostolik dan Teolog klasik” ini dalam Gereja Katolik memiliki peran penting dalam perjalanan hidup rohani (baca: hidup Marial) umat beriman. Kita tahu bahwa bahwa Montfort terkenal di seluruh dunia sebagai “Bentara Bunda Allah”, “Guru Spiritualitas Marial”, namun sumbangsinya bagi Gereja Katolik tidak hanya terbatas pada bidang Mariologi, akan tetapi meliputi pula bidang-bidang ilmu teologi lainnya: Kristologi, Pneumatologi, Eklesiologi, dsb.

 Intisari “Mariologi” Montfort

Sebagai seorang yang memiliki kontribusi bagi perkembangan Mariologi dalam Gereja Katolik (bdk. pengaruh ajarannya pada Lumen Gentium bab VIII), bertepatan dengan Hari Raya Santo Montfort yang diperingati Gereja hari ini, 28 April, saat di mana Serikat Maria Montfortan (SMM) merayakan 85 tahun kehadirannya di Indonesia, saya ingin menyajikan beberapa butir pokok pemikiran Mariologi Montfort.

Montfort adalah seorang yang tidak hanya gemar bermisi, melakukan pelayanan pastoral di tengah-tengah umat, akan tetapi juga suka menulis. Dari sekian banyak tulisannya, buku Bakti yang Sejati kepada Maria (Traité de la vraie dévotion a la Sainte Vierge/True Devotion) merupakan sebuah karya tulis yang amat genial dan tersohor. Banyak penulis dan pakar teologi mengatakan bahwa karya mariologis Montfort yang terkenal itu ternyata telah melambungkan namanya dan menampakkan sisi terdalam suatu bakti (devosi) khusus nan mesra kepada Maria. Sampai saat ini, doktrin Marial Montfort tersebar luas di kalangan kaum religius dan para awam di seluruh dunia. Karya mariologis orang kudus ini bahkan telah menarik minat dan cinta yang mendalam dari seorang Paus Marial di abad modern, Yoh. Paulus II. Ajaran Marial yang sama pula – selain berpengaruh besar bagi pendiri Legio Mariae, Frank Duff († 1980) – justru ikut “menganyam dan mengubah hidup orang kudus Polandia” itu dan malahan Bapa Suci itu menunjuk Montfort sebagai seorang kudus yang memberikan pengajaran istimewa tentang Maria (bdk. RM 48).

Menurut salah seorang pakar teologi sebagaimana dikutip oleh Alberto Valentini (ekseget Montfortan Italia), Montfort adalah seorang yang sudah melangkah lebih jauh dalam memahami makna Bakti kepada Perawan Suci Maria: “Di antara para kudus pada masanya “barangkali di segala zaman, Grignion de Montfort merupakan seorang yang mungkin melangkah lebih jauh dalam hal pendalaman teologis tentang bakti kepada Maria dalam pelayanan kehidupan Kristiani… karya tulis Bakti yang Sejati kepada Maria tetap menjadi buku klasik devosi Marial” (R. de Ville, L’ècole française de spiritualié, Paris 1987, 154). Memang popularitas Montfort, dalam lingkup yang paling beragam bertumpuh pada doktrin Marial-nya dan tersebar luasnya karya tulis Bakti yang Sejati kepada Maria (BS). Namun penilaian yang terlampau tinggi ini menghantar kita pada suatu kesalapahaman yang seringkali muncul, yakni memikirkan doktrin Marial Montfort terisolasi dari konteks utama pemikiran dan pengalaman rohani serta pengalaman misionernya. A. Valentini menerangkan bahwa Mariologi Montfort merupakan bagian integral dari suatu keseluruhan: dimasukkan secara mendalam ke dalam konteks kristologis, trinitarian dan eklesial, yang tanpanya akan direduksi menjadi salah satu dari sekian banyak devosi yang patut dipuji. Montfort secara khusus ditaklukkan oleh Kristus yang tersalib, oleh kebijaksanaan-kebodohan Salib: devosi Marial dan spiritualitasnya dimasukkan ke dalam pelayanan Sang Kebijaksanaan (baca: Allah-Yesus). Dengan demikian Mariologi yang diajarkan Montfort secara kuat didasarkan pada Kristologi dan tulisan Bakti yang Sejati kepada Maria (BS) mempunyai landasan pada tulisan Cinta Sang Kebijaksanaan Abadi (CKA). Tulisannya ini merupakan karya fundamental kristologis, yang sangat diperlukan untuk memahami Spiritualitas Marial yang diajarkannya secara menyeluruh dan untuk mengerti suatu bakti (devosi) kepada Maria yang lebih tepat dan memadai. Menurut Montfort, Maria adalah jalan yang istimewa untuk memperoleh Kebijaksanaan Ilahi, Yesus Kristus yang tersalib. Dalam BS 157, ia menulis: “Praktik bakti ini kepada Perawan Tersuci merupakan sebuah jalan yang sempurna untuk pergi dan mempersatukan diri dengan Yesus Kristus”. Jalan yang ditawarkan Montfort (baca: Maria) pada dasarnya merupakan jalan yang dibuka oleh Yesus Kristus menjadi satu-satunya jalan yang tak akan menyesatkan para anggota Gereja, sebab ini adalah jalan yang mudah, singkat, sempurna dan aman yang menghantar setiap orang Kristiani untuk sampai pada Yesus, Putranya (bdk. BS 168).

Mariologi Montfort: suatu Teologi Marial yang solid

Menurut pakar Spiritualitas Montfort, P. Gaffney, Mariologi dari “teolog klasik” ini sekalipun tidak dikategorikan ke dalam suatu traktat yang lengkap dan utuh memiliki suatu landasan teologis yang kokoh (bdk. BS 14-36). Dari sebab itu, kalau orang ingin mempelajari Mariologi orang kudus ini, maka beberapa hal berikut ini patut diketahui: Pertama, Mariologi Montfort mesti dipahami dalam konteks holistik. Artinya, doktrin Marialnya selalu dipahami dalam kaitan erat dengan disiplin ilmu teologi lainnya, yakni Kristologi, Eklesiologi, Pneumatologi, dll. Atau dalam bahasa A. Valentini: “Mariologi Montfort merupakan bagian integral dari suatu keseluruhan: dimasukkan secara mendalam ke dalam konteks kristologis, trinitarian dan eklesial.” (A. Valentini, “Una teologia mariana cristocentrica trinitaria ed ecclesiale”, L’osservatore Romano 29 aprile 2020). Karya-karya mariologis Montfort sejatinya sangat kristosentris, trinitaris dan eklesial.

Mariologi orang kudus ini secara kuat ditautkan pada Kristologi dan masterpiece-nya yang tersohor itu, Bakti yang Sejati kepada Maria (BS). Tulisan ini sebetulnya mempunyai landasan pada karya tulis lainnya (kristologis), yakni Cinta Sang Kebijaksanaan Abadi (CKA). Membaca buku-buku mariologis dan kristologisnya, merupakan hal penting bagi siapapun yang berminat memahami secara baik dan lengkap Teologi dan Spiritualitas Montfort. Semuanya ini akan turut membantu setiap orang Kristiani dalam rangka untuk mengerti secara menyeluruh bakti (devosi) kepada Perawan Suci Maria yang ia ajarkan dengan lebih tepat dan memadai.

Kedua, Mariologi Montfort didukung oleh sebuah kerangka kerja kristologis yang kuat dan bergantung pada misteri dan tindakan Trinitaris. Doktrin Marial-nya memiliki tujuan eklesial yang jelas, bahkan mengarah pada karya pelayanan pastoral (dimensi misioner-apostolis). Orang kudus ini pada dasarnya memiliki kedalaman hidup rohani dan secara luar biasa mengabdikan dirinya bagi misi dan pewartaan Injil, khususnya bagi kaum miskin. Itulah sebabnya, Mariologi Montfort yang diajarkannya bertujuan untuk para pendengar yang sederhana dan bukan kaum intelektual atau pun para profesor di universitas-kampus teologi tertentu (bdk. BS 26). Sebagai seorang yang pernah mengenyam pendidikan teologi – meski pada akhirnya dia memilih belajar autodidak di perpustakaan Seminari Saint Sulpice, Prancis – pengetahuan dan pemikiran teologisnya sangatlah memadai. Itulah sebabnya, mengapa Paus Yohanes Paulus II menyebutnya sebagai seorang “teolog klasik yang berbobot.” Dari sebab itu, kita dapat mengatakan bahwa ketika Montfort berbicara tentang Maria, ajarannya ini memiliki suatu dasar teologi yang solid. Ringkasnya, bangunan Mariologinya sangatlah berbobot dan disusun di atas fondasi teologis yang sangat kuat.

Ketiga, Mariologi Montfort pada dasarnya tidak hanya berbobot dan memiliki landasan teologis yang solid, tetapi juga sangat sederhana. Sekalipun Montfort bukanlah seorang teolog sekelas seorang profesor yang mengajar khusus di kampus teologi atau universitas tertentu, karya mariologisnya tak hanya berkualitas, tetapi juga sangat menyentuh kaum sederhana. Kesehariannya ialah berteologi secara kontekstual dan menyampaikan suatu ajaran sederhana bagi kaum pinggiran (kaum miskin dan sederhana).

Montfort dan Pastoral Marial

Di dalam seluruh pengajaran Marial-nya itu, dia tidak pernah melupakan pengalaman pribadi dan pastoralnya. Seluruh pengalaman tersebut ikut mendukung apa yang ia wartakan. Tulisan-tulisan Montfort memang tidak ditujukan terutama pada kaum terpelajar, tetapi dialamatkan bagi miskin dan sederhana. Alasannya, kelompok ini lebih mudah menerimanya sebab mereka memiliki itikad baik dan iman daripada kaum intelektual (bdk. BS 26). Dari sebab itu, seperti kata Alfons Bossard, “tulisannya lebih cocok dibaca, didalami, dihidupi oleh kelompok yang pertama, sebab mereka akan lebih mudah dan langsung menerima pemikiran, refleksi dan gaya bicara Montfort daripada kelompok yang kedua, sebab iman kelompok pertama lebih sederhana.” (A. Bossard, “True Devotion”, JLM, 1214).

Harus diakui, seperti kata P. Gaffney, Montfort yang adalah misionaris sekaligus penulis rohani di zamannya, tidak pernah mau menulis suatu summa of Marian doctrine (traktat mariologis). Kejeniusannya justru terbaca dalam hal ini, yakni dia mewartakan Injil secara otentik, dan dalam gaya hidup dan perkataan-perkataannya mampu menghantar umat seperti “Perawan Maria” untuk “mendengarkan Sabda Allah dan memeliharanya” (bdk. Luk 11:28).

Pemikiran dan ajaran spiritual Montfort dapat memberikan gambaran kepada kita tentang siapakah dia dan minat teologis dan sasaran doktrin Marialnya. Mariologi yang tampak dari tulisan-tulisannya telah menimbulkan minat dan refleksi dari para teolog yang secara terus-menerus menemukan kekayaan yang mendalam dan tidak pernah berhenti dieksplorasi dan dikembangkan. Selamat Hari Raya Santo Montfort (28 April) dan Proficiaat untuk 85 Tahun kehadiran SMM di Indonesia.

Fidel Wotan, SMM –
Imam Montfortan Indonesia tinggal di Roma.

Bagikan: