NAIROBI, Kenya – Lebih dari 141 keluarga di Meru, Kenya, menerima bantuan makanan pada bulan November dan Desember 2022. Komunitas Skolastik, komunitas Mulot, dan PMRSH di Kenya membatu kelaparan dengan dukungan dari para donatur melalui SMM Jerman.
Selama tiga tahun berturut-turut, Kenya mengalami kekeringan yang berdampak pada ketahanan pangan negara karena produksi tanaman dan ternak yang buruk. Menurut Penilaian Otoritas Pengelolaan Kekeringan Nasional (NDMA) pada Oktober 2022, ada lebih dari 600.000 keluarga (3,1 juta orang) yang rawan pangan di daerah pertanian dan marginal di Kajiado, Rift Valley, dan sebagian wilayah Gunung Kenya.
Menurut laporan Koordinator Palang Merah Meru, orang-orang yang paling terkena dampak kelaparan di Meru adalah orang tua, orang cacat, yatim-piatu, dan mereka yang berjuang melawan penyakit kronis.
Para misionaris Montfortan di Nairobi, Kenya melibatkan Esther Wagura, anggota PMRSH, untuk memberikan bantuan di daerah yang paling parah terkena dampak.
“Target awal kami adalah 235 keluarga di Kabupaten Meru di mana lebih dari 200.000, orang lanjut usia, disabilitas, dan mereka yang berjuang melawan penyakit kronis yang paling terdampak. Karena keterbatasan sumber daya keuangan, sejauh ini kami berhasil menyalurkan ke 142 keluarga dari 235 keluargasasaran yang telah kami lakukan dalam 2 tahap (29 & 30 November 2022 serta 23 dan 24 Desember 2022). Tahap 1 kami salurkan ke total 71 keluarga dan tahap 2 kami salurkan ke total 70 keluarga.” Ujar Esther Wagura pada saat wawancara dengan Tim Komunikasi Montfort.
Esther yang sebelumnya menggunakan sumber dayanya sendiri bekerja dengan pastor paroki di tiga paroki, yaitu Paroki St. Anne – Kariene titik pusat distribusinya, Imenti Utara yang titik pusatnya adalah paroki Katedral St. Joseph dan Limbine yang berada di Tigania Barat dan bekerja melalui Paroki St. Maria Tak Bernoda – Limbine. Namun, daerah lain juga sama-sama sangat membutuhkan. Dari 3 wilayah ini mereka memilih yang Sangat Membutuhkan yang berjumlah 235 KK.
Esther menjelaskan secara ringkas bahwa setiap keluargamenerima 5 kg beras, 6 kg Unga ugali (Tepung Jagung), 4 kg Unga uji (Tepung Bubur), 5 kg Ndengus (Polong-polongan) dan 5 kg kacang-kacangan (Polong-polongan) dengan total 20 kg makanan di setiap keluarga.
Purity, seorang gadis berusia 33 tahun dan seorang gadis yang murah senyum, yang lahir dengan disabilitas adalah salah satu penerima manfaat. Dia dirawat di Cotolengo Sisters, sebuah rumah untuk orang disabilitas. 6 tahun yang lalu, dia dipulangkan untuk tinggal di rumah karena rumah disabelitas itu terlalu padat. Sejak itu dia tingal dengan ibunya sebagai pengasuhnya, yang berterima kasih atas sumbangan Natal ini.
Berdasarkan pengalaman Esther dan 3 pastor paroki, di 3 wilayah terpilih sangat membutuhkan bantuan pangan untuk masyarakat sebagai langkah mitigasi terutama orang tua, disabilitas dan orang yang menderita penyakit kronis dan terutama periode ini hingga April 2023 di mana panen diharapkan terjadi jika hujan di daerah tersebut mendukung.
“Ini adalah doa saya yang paling rendah hati dan berharap jika kami dapat memperoleh dukungan dalam hal pendanaan untuk dapat mendukung 235 keluargayang teridentifikasi dengan makanan untuk selanjutnya hingga Maret 2023 karena daerah pedesaan menunggu panen tanaman pada April 2023, kami akan melakukannya. membuat perbedaan besar dalam kehidupan masyarakat ini,” ujar Esther yang berterima kasih kepada para dermawan atas donasi yang membawa harapan bagi mereka yang putus asa.
P. Andrew KAUFA SMM, yang melibatkan para konfrater dari entitas Jerman dan mengoordinasikan bantuan kelaparan dengan Komunitas Skolastik dan PMRSH di Kenya, mengungkapkan rasa terima kasih atas donasi, dan atas dedikasi mulia dari Para Montfortan di Sekolastik Nairobi dan komunitas Mulot di Keuskupan Ngong, dan komitmen Ibu Esther Wagura yang memastikan bahwa donasi sampai ke penerima manfaat yang dituju di daerah-daerah yang sulit dijangkau di Keuskupan Meru.
“Berdasarkan situasi saat ini di Kenya, kegiatan ini perlu dipertahankan hingga setidaknya Maret 2023. Situasi kelaparan di sini sangat berat. Selain itu, sekolah dibuka kembali dalam dua minggu ke depan dan jelas bahwa makanan akan menjadi prioritas daripada biaya sekolah untuk sebagian besar keluarga yang terkena dampak ini,” ujar P. andrew.
Seperti yang ditunjukkan oleh laporan penilaian Otoritas Manajemen Kekeringan Nasional (NDMA), sebagian besar warga Kenya di daerah pedesaan makan sekali atau tidak sama sekali, dan jumlahnya kemungkinan akan meningkat karena hujan musim ini juga tidak dapat diandalkan.
Tim Komunikasi Montfort