Spiritualitas Santo Montfort
Spiritualitas Santo Montfort menjadi jalan bagi para montfortan untuk mendekatkan diri pada Yesus Kristus dan menghidupi panggilan. Tetapi tidak hanya para Montfortan yang menghayatinya, banyak umat awam pun menimba semangat dan spiritualitasnya.
Santo Montfort memang telah meninggal, namun pengikut-pengikutnya seperti Pater Adrien Vetel, Pater René Mulot, dan Br. Mathurin hingga generasi sesudahnya meneruskan karya dan spiritualitas Santo Montfort. Apa sesungguhnya Spiritualitas Santo Montfort itu? Spiritualitas Montfort atau Montfortan adalah Spiritualitas Salib dan Marial. Secara sederhana terlihat dalam logo: DS, AM (DS=Deo Soli, AM=Ave Maria). Deo Soli (Hanya Allah) menampakkan ketotalan para Montfortan untuk menyerahkan diri kepada Allah seperti ketotalan penyerahan (pengosongan) diri Kristus kepada manusia dalam peristiwa Inkarnasi dan Salib. Ave Maria (AM) menampakkan dimensi Marial dalam menghayati penyerahan diri mereka kepada Tuhan. Maria menjadi model untuk Deo Soli. Orang tidak bisa menyerahkan diri secara total kepada Tuhan (Deo Soli) tanpa nilai-nilai Marial hidup dalam hatinya. Maka, spiritualitas Santo Montfort adalah Spiritualitas PEMBAKTIAN DIRI kepada Yesus melalui Maria. Montfort berangkat dari tesisnya “melalui Maria Yesus datang ke dunia dan melalui Maria pula Dia harus meraja di dunia” (BS 1). Meraja di dunia berarti kian bersatu dan serupanya manusia dengan Kristus. Kebersatuan dan keserupaan itu hanya terjadi dalam dan melalui Maria. Sebab, jika Yesus mengambil rupa manusia dalam rahim Maria (kenosis dalam inkarnasi), maka pada gilirannya rahim yang sama menjadi tempat formasi diri manusia untuk menjadi ilahi (theosis dalam devosi). Kenosis adalah proses “turun’ sedangkan theosis adalah proses “naik”. Baik proses “turun” maupun proses “naik”, Maria tetap menjadi mal untuk proses perubahan rupa: menjadi manusia dari pihak Allah dan menjadi ilahi dari pihak manusia. Inilah sebabnya Montfort berkata “kalau kepala umat manusia, Yesus Kristus lahir dari Maria, maka dengan sendirinya orang-orang terpilih yang adalah anggota-anggota dari kepala itu, juga lahir dari wanita ini. Tidak mungkin ibu yang sama melahirkan kepala tanpa anggota-anggota, juga tidak mungkin anggota-anggota tanpa kepala (BS 32)”. Ini merupakan kehendak Allah, sebab kata Montfort “Allah Bapa ingin sampai akhir zaman menciptakan anak-anak-Nya melalui Maria” (BS 34). Sebetulnya di sini Montfort sedang berbicara peran keibuan spiritual Maria, yaitu bahwa Maria secara personal dan sebulat-bulatnya melibatkan diri dalam keibuannya, bekerja sama dengan Tiga Pribadi Ilahi dalam rangka melahirkan kembali kita menjadi serupa dengan Kristus.
Bagi Montfort PEMBAKTIAN DIRI kepada Yesus melalui Maria merupakan bentuk sempurna dari pembaharuan janji baptis. Logika Montfort sederhana, bahwa hampir semua umat Kristiani mengkhianati kesetiaan yang telah mereka janjikan kepada Yesus saat pembaptisan. Dari mana kekacauan ini – kata Montfort – kalau bukan karena orang lupa untuk menghayati janji-janji dan komitmen-komitmen dari pembaptisan suci (BS 127-130). Maka, bagi Montfort, seperti halnya Konsili Trente dan Bapa Gereja mengatakan bahwa cara paling baik untuk mengobati penyakit lupa ini adalah dengan membaharui kembali janji pembaptisan. Sebab “kita membawa harta ini (rahmat yang tercurahkan dalam pembaptisan), yang lebih bernilai dari langit dan bumi di dalam bejana yang rapuh” (BS 87). Dan pembaharuan sempurna dari janji baptis hanya terjadi dalam PEMBAKTIAN DIRI kepada Yesus melalui Maria. Sebab, kita melakukan bakti ini secara pribadi, sukarela dan penuh kesadaran daripada ketika dibaptis yang kadang-kadang janjinya disampaikan melalui mulut orang lain (orang tua, wali baptis, dll). Secara rumusan, ada empat rumusan PEMBAKTIAN DIRI yang ditulis Montfort dan salah satu rumusannya dipakai dalam janji Legio. Pertanyaannya, mengapa kini pembaharuannya “melalui Maria”. Kiranya jawabannya jelas, itu karena Maria merupakan seorang yang telah mencapai tujuannya justru karena ia menghayati dengan setia panggilan dasariahnya. Maka, ia akan mengajarkan kepada umat beriman bagaimana menyatakan lagi dan menghidupi YA yang pernah diucapkan pada saat dibaptis. Di sini pembaharuan janji baptis sama dengan pembaharuan komitmen untuk berada secara baru dalam Kristus. Untuk berada secara baru dalam Kristus, Maria menjadi semacam filter yang menyaring setiap tindak tanduk hidup beriman kita. Semakin Marial seseorang semakin ia serupa dengan Yesus Kristus dan inilah makna sejati pembaptisan kita: menjadi seluruhnya milik Yesus (Totus Tuus – kata Montfort).
Santo Yohanes Paulus II begitu yakin dengan spiritualitas Montofrt ini, sehingga sang paus dalam Ensikliknya “Redemptoris Mater” menulis “di antara banyak saksi-saksi dan guru-guru Spiritualitas Maria, kami mengingatkan kembali tokoh Santo Louis-Marie Grignion de Montfort yang mengusulkan pembaktian diri kepada Kristus melalui tangan Maria sebagai sarana yang berdayaguna bagi umat Kristiani untuk menghayati janji-janji baptisnya dengan setia (RM, No. 48). Dan lagi paus yang moto Totus Tuus-nya diambil dari tulisan Montfort mengatakan bahwa “Grignion de Montfort mengantar kita ke dalam inti misteri-misteri yang di atasnya iman kita hidup, berkembang dan menghasilkan buah” – dan yang dimaksudkan adalah pembaharuan pembaptisan.